Prof. DR. KH Abdul Syakur Yasin M.A memperoleh penghargaan API ke-6 sebagai Figur Non-birokrasi yang menjaga keberagaman antar umat beragama - majalahkriptantus.com - Menyajikan berita secara faktual, independent dan sesuai fakta.

Breaking News

Prof. DR. KH Abdul Syakur Yasin M.A memperoleh penghargaan API ke-6 sebagai Figur Non-birokrasi yang menjaga keberagaman antar umat beragama



Majalahkriptantus.com--Yogyakarta - Rasa bahagia yang saya rasakan hari dimana saya merasa dihargai oleh Pewarna Indonesia, begitulah ungkapan yang disampaikan oleh Prof. DR KH Abdul Syakur Yasin M.A dalam Orasi Kebangsaan acara API ke-6 Tahun 2022 yang digelar oleh Pewarna Indonesia di Yogyakarta pada 28 November 2022.

Abdul Syakur mengatakan bahwa "Rumah indonesia yang kita bangun bersama-sama ini sebetulnya tidak masuk akal,  dimana kita memimpin negara bersama-sama dan negara indonesia ini dibagun oleh berbagai golongan yang tidak sama pula". Ucapnya (28/11/22).

"Setiap burung atau hewan akan berkumpul dengan menurut jenisnya,  begitupun dengan indonesia dibentuk dengan macam-macam geografis yang berbeda sehingga menjadi satu-kesatuan". 
Dalam orasinya yang disampaikan bahwa yang menjadi dasar kita bersatu dibalik perbedaan yang ada adalah dimana didalamnya ada kesepakatan bersama untuk mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Kesepakatan menjadi sebuah dasar bersatunya negara indonesia ini,  tanpa kesepakatan bersama maka negara tidak akan bersatu bahkan runtuh.

Abdul Syakur lebih jelas lagi mengatakan "Malam ini saya menyampaikan bahasa yang sangat sesederhana mungkin bahwa indonesia adalah rumah kita bersama dimana semua Ras, Agama,  dan Golongan turut membangun bersama negara ini. Dari hal tersebut diharapkan mampu menjalin terus hubungan yang terus saling menjaga toleransi dan kerukunan antar golongan entah itu agama,  suku,  budaya,  dan bahasa. 

Toleransi adalah bukan hanya menyembunyikan sebuah kebencian saja,  melainkan memunculkan tawar menawar dan rundingan bersama,  dimana dalam rundingan tersebut dilakukan oleh mayoritas terhadap minoritas,  sehingga minoritas menjadi berhutang budi kepada mayoritas,  artinya adalah adanya kesetaraan. kita sebagai warga negara indonesia diperlakukan sama dan tidak ada yang membeda-bedakan (toleransi). 
Yang paling penting adalah kesetaraan berkeadilan secara hukum.  

"Yang terjadi saat ini yang menjadi arogan dialah yang memiliki kuasa dan yang menjadi mayoritas". Pungkasnya (28/11/22).

(Asep/Pewarna)
(Willy/Pewarna)

Tidak ada komentar