Gelombang Unjuk Rasa Tolak Kenaikan Harga BBM Terjadi di Jabar, Ada yang Sampai Ricuh
Majalahkriptantus.com, Bandung - Gelombang unjuk rasa menuntut pemerintah segera membatalkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) mulai terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.
Hal yang sama juga terjadi di Jawa Barat.
Di Bandung, aksi unjuk rasa dilakukan puluhan ibu-ibu yang mengaku tergabung dalam Aksi Penyelamat Indonesia (API).
Masa berunjuk rasa di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro.
Mereka membawa puluhan spanduk dan poster berisi penolakan terhadap kenaikan BBM Subsidi. Sementara di mobil komando, Pembina API, Eggi Sudjana, terus berorasi memberikan semangat.
"Kenaikan harga BBM subsidi membuat susah masyarakat," ucap Eggi.
Di Kabupaten Ciamis, unjuk rasa penolakan kenaikan harga BBM juga melibatkan berbagai elemen mahasiswa dan masyarakat yang tergabung dalam Aliansi Ciamis Melawan.
Di Ciamis, aksi sempat diwarnai kericuhan. Beruntung, jumlah petugas keamanan yang lebih banyak membuat kericuhan tak berlangsung lama.
Tak hanya di ciamis, unjuk rasa juga digelar sejumlah mahasiswa di halaman Gedung DPRD dan halaman Kantor Wali Kota Banjar.
Berbeda dengan di Ciamis, aksi di Banjar, relatif berlangsung tertib. Namun, begitu tuntutan mereka sama tegasnya: segera batalkan kenaikan harga BBM.
"Ini jelas bukan kebijakan yang menguntungkan masyarakat. Semoga setelah aksi ini, pemerintah pusat mendengar apa yang kita aspirasikan," ujar Muhamad Lutfi, Korlap Aksi.
Di Garut, sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Garut juga turun ke jalan menyuarakan penolakan kenaikan harga BBM.
Aksi dilakukan di depan Kantor Bupati dan Kantor DPRD.
"Kami minta mengusut tuntas mafia-mafia BBM yang bermain di BBM subsidi, sehingga penyaluran BBM subsidi tidak tepat sasaran," ujar Ketua PMII Garut, Ajang Ahmad Haris.
Ajang mengatakan, aksi juga akan kembali mereka lakukan, Rabu 7 September dengan masa yang lebih besar.
"Kami juga akan mengirimkan perwakilam ke jakarta, Selasa nanti, sebagai bentuk perlawanan," ujarnya.
Kericuhan aksi penolakan kenaikan harga BBM, kemarin, juga terjadi di depan Kantor DPRD Kota Cirebon.
Massa terlibat saling dorong dengan petugas polisi. Beruntung tak berujung kericuhan.
"Kebijakan menaikkan harga BBM ini sangat tidak pro rakyat, kami secara tegas menolaknya," ujar koordinator Aksi, Novian Rajabi.
Di Sukabumi, aksi juga mulai dilakukan mahasiswa yang tergabung dalam Kelompok Cipayung Plus Sukabumi, seperti Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
Rencananya, aksi juga akan dilakukan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Selasa ini di Gedung DPRD Kota Sukabumi. Adapun , kelompok Cipayung Plus lainnya seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan organisasi mahasiswa kedarrahan seperti HIMASI, masih melakukan konsolidasi rencana aksi unjuk rasa.
Dari kelompok Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), aksi diikuti BEM Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI), Aliansi BEM Sukabumi (ABSI), dan BEM Nusantara Jawa Barat masih menggelar tahapan konsolidasi rencana aksi.
Ketua IMM Cabang Sukabumi, Yusuf Supriadin, mengatakan, kenaikan BBM sangat berdampak bagi masyarakat kecil.
"Apalagi masyarakat kecil ini kebanyakan pengguna pertalite seperti sopir angkot dan driver online," ujarnya,
Kendati kenaikan BBM ini diiringi subsidi stimulan Rp 600 ribu dari pemerintah pusat, tidak menaikkan harga BBM adalah pilihan yang lebih baik.
"Masyarakat memilih untuk tidak dinaikkan saja," ujarnya.
Antisipasi
Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol Ibrahim Tompo, mengatakan, pihaknya sudah melakukan antisipasi untuk gerakan-gerakan yang tidak menerima kenaikan harga BBM tersebut.
"Kita juga lakukan pengamanan dan koordinasi dengan SPBU. Terkait adanya unjuk rasa kita juga telah siapkan personel," ujarnya saat ditemui di Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Senin (5/9/202)
Dengan adanya kenaikan BBM ini, pihaknya mengimbau jangan sampai masyarakat menimbulkan permasalah kamtibmas yang akhirnya akan berefek pada kondisi lain karena bisa menimbulkan kekisruhan.
"Kita berharap bahwa dengan kenaikan BBM ini, kita dapat menerima sebagai bagian dari kebijakan pemerintah yang tujuannya untuk menata kondisi sosial masyarakat," kata Ibrahim.
Terkait adanya masyarakat yang sudah melakukan unjuk rasa di berbagai daerah, pihaknya memastikan bahwa pelaksanaannya berlangsung dengan damai dan tidak sampai ada permasalahan kamtibmas yang timbul.
"Alhamdulillah, kita menyampaikan apresiasi kepada masyarakat yang melakukan aksi unjuk rasa karena berlangsung damai," ucapnya.
Selain melakukan pengamanan, pihaknya juga terus mengawasi penimbunan BBM di Jawa Barat dengan cara menerjunkan dan menyebar anggota ke setiap SPBU.
"Kita lakukan pengawasan, biasanya di pom bensin ada yang membeli, kemudian menimbun. Tetapi, sampai sekarang belum ditemukan adanya pelanggaran, kita imbau masyarakat jangan sampai melakukan hal demikian (menimbun BBM)," kata Ibrahim.
Berbeda dengan di daerah lain, di Bandung, kemarin, unjuk rasa penolakan kenaikan harga BBM baru dilakukan emak-emak. Mahasiswa belum bergerak karena masih melakukan konsolidasi.
"Kami masih konsolidasikan untuk menentukan tanggal aksi tapi kemungkinan Rabu (7/9/2022) dan kurang lebih akan ada 10 kampus," ujar Ketua BEM Unikom, Alby.
Hal senada diungkap Winsen Ketua BEM dari Unpas. "Untuk kapan dan jumlahnya kami masih internalkan. Sebenarnya untuk aksi yang di jakarta, kalau memungkinkan kami turun, tapi kami masih ada kegiatan lain," katanya.
Tidak ada komentar